Sunday, April 19, 2020

Nahwu_Pembagian Kalimah


Lanjut slurrr ke materi ke tiga..... nahwu itu menarik untuk dipelajari 

Pembagian Kalimah
وَأَقْسَامُهُ ثَلاَثَةٌ اِسْمٌ وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنَى
Kalimah dibagi menjadi tiga yaitu kalimah Isim, kalimah Fi’il dan kalimah Huruf.
1.      Kalimah Isim
هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنَى فِي نَفْسِهَا وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانِ وَضْعاً
“Kalimah yang menunjukan makna secara mandiri dan tidak disertai dengan keterangan waktu.” Seperti Lafazh فرس, مدرسة, رجل, زيد
2.      Kalimah Fi’il
هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنَى فِي نَفْسِهَا وَاقْتَرَنَتْ بِأَحَدِ الْأَزْمِنَةِ الثَّلاَثَةِ وَضْعًا
“Kalimah yang menunjukan makna secara mandiri dan bersamaan dengan salah satu dari tiga zaman yaitu zaman madhi, zaman istiqbal, zaman hal.”

a.       Zaman Madhi (زمان الماضي)
هُوَ زَمَانٌ قَبْلَ تَكَلُّمِكَ
“Zaman sebelum kamu mengucapkan”
Seperti lafazh ضرب زيد عمرا  (Zaid sudah memukul ‘Amr). Peristiwa pemukulan tersebut sudah terjadi sebelum ada orang yang mengatakan lafazh ضرب
b.      Zamam Istiqbal (زمان استقبال)
هُوَ زَمَانٌ بَعْدَ تَكَلُّمِكَ
“Zaman sesudah kamu mengucapkan”
Seperti يضرب زيد عمرا  (Zaid akan memukul ‘Amr). Peristiwa pemukulan tersebut baru akan terjadi setelah ada orang yang nengatakan lafazh يضرب
c.       Zaman Hal (زمان الحال)
هُوَ زَمَانٌ عِنْدَ تَكَلُّمِكَ
“Zaman ketika kamu mengucapkan”
Seperti يضرب زيد عمرا  (Zaid sedang memukul ‘Amr). Antara ucapan dan peristiwa, waktu jatuhnya bersamaan.
3.      Kalimah Huruf
هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنَى فِي غَيْرِهَا
“Kalimah yang menunjukan suatu makna bersamaan dengan kalimah lainnya”
Seperti هل  , digunakan untuk bertanya (istifham) yang berarti apakah. Tanpa bersamaan dengan kalimah lain, maka lafazh tersebut tidak dapat menunjukan makna yang jelas. Yang dimaksud  adalah kalimah huruf yang mempunyai makna, seperti هل  yang bermakna istifham, في  yang bermakna dzaraf dan لم  yang bermakna nafi,  sehingga mengecualikan huruf yang tidak memiliki makna seperti huruf hijaiyyah.

Sunday, April 12, 2020

Nahwu_Pembagian Kalam


Assalamualiakum kawan-kawan yang berbahagia. Kemaren kita telah belajar tentang Kalam, dan sekarang kita lanjutkan ke materi Pembagian Kalam. Setelah kita tahu apa itu kalam? Kemudian kita lanjut ke pembagian kalam. Ok kawan, pastinya kepo kan..... langsung aja simak materi berikut....

Pembagian Kalam
Ulama Nahwu membagi kalam menjadi tiga macam yaitu kalam thalab, kalam khabar, dan kalam Insya’.
1.      Kalam Thalab (كلام الطلب)
هُوَ مَا يَتَأَخَّرُ وُجُوْدُ مَعْنَاهُ عَنْ وُجُوْدُ لَفْظِهِ
“Kalam yang wujudnya makna mendahului wujudnya lafazh”
Kalam Thalab kemudian dibagi menjadi tiga :
a.       Thalab Amar (طلب الأمر)
هُوَ طَلَبُ الْأَعْلَى اِلَى الْأَدْنَى
“permintaan (perintah) dari orang (dzat) yang derajatnya tinggi kepada orang yang derajatnya berada di bawahnya”
Seperti  perintah Alloh SWT kepada hambaNya أَقِيْمُوا الصَّلَوةَ  (dirikanlah oleh kalian shalat)
b.      Thalab Du’a (طلب الدعاء)
هُوَ طَلَبُ الْأَدْنَى اِلَى الْأَعْلَى
“permintaan dari orang yang derajatnya renah kepada orang (dzat) yang derajatnya tinggi”
Seperti permintaan (do’a) manusia kepada Alloh SWT اللّهمَّ اهْدِنِي فِيْمِنْ هَدَيْتَ
“Ya Alloh, berikanlah aku petunjuk sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk.”
c.       Thalab Iltimas (طلب الالتماس)
هُوَ طَلَبُ الْأَدْنَى اِلَى الْأَدْنَى
“Permintaan seseorang kepada orang lain yang setara derajatnya.”
Seperti kalimat أَسْقِنِي مَاءً  (saya minta air kepadamu).
2.      Kalam Khabar (كلام الخبر)
هُوَ مَا يَحْتَمِلُ الصِّدْقَ وَالْكِذْبَ لِذَاتِهِ
“ kalam yang mengandung kebenaran atau kebohongan”
Benar atau bohong, tergantung pada mutakallim. Apakah dia jujur atau berbohong saat mengatakannya.
Contoh kalam khobar yang mengandung kebenaran seperti sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh imam Muslim.
اِنَّ الْاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْباً وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا
“Isalm datang dengan keadaan yang asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing”
3.      Kalam Insya’ (كلام الانشاء)
هُوَ مَا يُقَارِنُ وُجُوْدُ مَعْنَهُ عَنْ وُجُوْدِ لَفْظِهِ
“Kalam yang lafazh dan maknanya jatuh bersamaan.”
Seperti ucapan seorang suami yang mentalak istrinya: أَنْتِ طَالِقٌ  yang asalnya أَنَا طَالِقٌ وَأَنْتِ مُطَلَّقَةُ  (Saya orang yang mentalak, dan kamu wanita yang ditalak), maka pada saat itu pula, seorang istri telah pisah dengan suaminya.


Sekian sobat ,, materi tentang pembagian kalam. Ada yang mau ditanyakan? Atau masukan-masukan atau kritikan-kritikan bahkan saran-saran, silahkan ditulis dikolom komentar ya soobb

Monday, April 6, 2020

Pengertian Kalam (Belajar Nahwu)


Assalamualaikum kawan-kawan semua, semoga dalam keadaan sehat wal afiat. Di dalam hatiku ketika ada teman yang mengajak sinau bareng sangat senang sebenarnya, tetapi sering kali terkendala oleh waktu untuk bisa berkumpul dan sinau bareng. Dengan itu aku mencoba untuk menjembatani masalah tersebut dengan menulis materi ini. Sebenarnya ter inspirasi dari kuliah daring yang dilakukan oleh kampus karena wabah corona yang menyerang warga Indonesia. Disini kita mau belajar bareng  tentang ilmu nahwu meliaht latar belakang kami dari Pendidikan Bahasa Arab dengan berbagai wacana sinau bareng terkait materi nahwu yang hanya berjalan beberapa kali kemudian berhenti tanpa diaba-aba. Hahaha….
Untuk lebih afdol kita belajar nahwu dari yang paling dasar ok?....
Perlu diingat bahwa kita belajar Nahwu, berarti kita sedang mempelajari bahasa Arab. Ingat bahasa Arab.dan kita merujuk pada kitab AL Jurumiyyah ya kawan…
Kita mulai dari kalam.
A.    Kalam atau yang biasa disebut “kalimat” dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa definisi pertama secara bahasa yaitu
هُوِ كُلُّ مَا اَفَادَ
Segala sesuatu yang memerikan faidah.
Seperti papan pengumuman, rambu-rambu lalu lintas, isyarat dengan kedipan mata dan lain-lain.
Menurut Ulama, secara istilah kalam mempunyai definisi yang beragam sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing di antaranya:
1.      Kalam menurut Ulama Fiqih
هُوِ كُلُّ مَا أَبْطَلَ الصَّلَاةَ مِنْ حَرْفٍ مُفْهِمٍ أَوْ حَرْفَيْنِ وَاِنْ لَمْ يُفْهِمَا
Segala sesuatu yang membatalkan sholat baik berupa satu huruf yang dapat memberi kepahaman ataupun dua huruf walaupun tidak memberikan kepahaman.”
2.      Kalam menurut Ulama Ushul
هُوَ اللَّفْظُ الّمُنَزَّلُ عَلَى سَيِّدِنَا محمد صلى الله عليه وسلم لِلأِعْجَازِ بِأَقْصَرِ سُوْرَةِ مِنْهُ الّمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
Lafadz yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk melemahkan hujjah orang-orang kafir walaupun dengan surat yang terpendek dan termasuk ibadah dengan membacanya.
3.      Kalam menurut Ulama Kalam
هُوَ عِبَارَةٌ عَنِ الّمَعْنَى الّقَادِيْمِ الّقاَئِمِ بِذَاتِهِ تَعَالَى
“Ungkapan dari sifat yang qodim (dahulu tanpa permulaan) yang berada pada dzat-Nya Alloh Ta’ala”
4.      Kalam menurut Ulama Nahwu
هُوَ اللَّفْظُ الّمُرَكَّبُ الّمُفِيْدُ بِالْوَضْعِ
“Lafadz yang tersusun, berfaidah dan dengan kehendak mutakalim (orang yang berbicara).”

Dalam sinau bareng ini kita mengambil pengertian kalam dari Ulama Nahwu yaitu pengertian yang ke empat.
B.     Dari pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa Kalam  menurut Ulama Nahwu memiliki empat syarat yaitu harus Lafdz, murakkab isnadi, mufid dan wadha’.
1.      Lafadz
Secara bahasa lafazh berarti menggiling atau sama dengan (tharhun)  seperti perkataan orang Arab
لَفَظَتْ الرَّحَا الدَّقِيْقَ mesin penggilingan itu menggiling tepung
Dan juga berarti membuang/melempar (romyun)
لَفَظَ فُلَانٌ النَّوَاةَ “fulan melempar/membuang biji”
Sedangkan lafazh secara istilah adalah
هُوَ الصَّوْتُ الْمُسْتَمِلُ عَلَى بَعْضِ الْحُرُوْفِ الْهِجَائِيَّةِ الَّتِي أَوَلُهَا الْأَلِفُ وَأَخِرُهَا الْيَاءُ وَخَرَجَتْ مِنْ لِسَانِ الْإِنْسَانِ
“suara yang mencakup sebagian huruf hijaiyyah yang diawali alif dan diakhiri ya’ dan keluar dari lisan manusia.”
Contohnya seperti suara dari lafazh “"زيد
Jadi yang namanya Kalam itu suara yang mengandung huruf hijaiyyah bukan tulisannya. Seperti contoh tersebut, bukan tulisannya yang disebut lafazh tapi suara yang dihasilkan ketika membaca tulisan tersebut. Kenapa harus menggunakan huruf hijaiyyah? Karena yang kita pelajari bahasa Arab dimana bahasanya menggunakan huruf hujaiyyah. Berarti kalo tidak menggunakan huruf hijaiyyah itu tidak termasuk lafazh? Iya, tidak termasuk lafazh menurut Ulama Nahwu.
2.      Murakkab
Secara bahasa murakkab bermakna:
هُوَ وَضْعُ شَيْئٍ عَلَى شَيْئٍ سَوَاءٌ كَانَ عَلَى جِهَةِ الثُّبُوْتِ أَمْ لاَ
“meletakan sesuatu di atas sesuatu yang lain, baik tetap ataupun tidak tetap”
Secara istilah murakkab adalah
هُوَ مَا تَرَكَّبَ مِنْ كَلِمَتَيْنِ فَأَكْثَرَ
“Susunan kalimah yang terdiri dari dua kalimah atau lebih”
Contoh yang terdiri dari dua kalimah adalah قَامَ زَيْدٌ dan yang terdiri dari dua kalimah lebih adalah اِنْ قَامَ زَيْدٌ قَامَ عَمْرٌو
Apa contohnya harus zaid dan umar? Tidak juga, kalian bisa membuat contoh dengan nama lain. Contoh tersebut hanya untuk mempermudah mengingatnya.
Murakkab dibagi menjadi empat yaitu:
a.       Murakkab Isnadi (المركب الاسنادي)
هُوَ كُلُّ كَلِمَتَيْنِ أُسْنِدَاتْ اِحْدَاهُماَ اِلَى الْأُخْرَى
“setiap dua kalimah yang salah satunya disandarkan ke kalimah lainnya”
Seperti disandarkannya fiil terhadap fail (قَامَ زَيْدٌ) atau mubtada terhadap khobar ((زَيْدٌ قَائِمٌ yang bersandar dinamakan musnad dan yang disandari dinamakan musnad ilaih. Dengan demikian murakkab isnadi adalah murakkab yang tersusun dari musnad dan musnad ialih dan merupakan salah satu syarat Kalam menurut Ulama Nahwu.
b.      Murakkab idhafi (المركب الاضافي)
هُوَ كُلُّ كَلِمَتَيْنِ نَزَلَتْ ثَانِيَتُهُمَا مَنْزِلَةَ التَّنْوِيْنِ مَمَّا قَبْلَهَا
“setiap dua kalimah dimana kalimah yang kedua menempati tanwinnya kalimah yang pertama,”
Dengan arti lain, murakkab idhafi adalah murakkab yang tersusun dari mudhaf dan mudhaf ilaih. Contohnya seperti  غُلاَمُ زَيْدٍyang asalnya adalah غُلاَمٌ لزَيْدٍ
c.       Murakkab Mazji (المركب المزجي)
هُوَ كُلُّ كَلِمَتَيْنِ نَزَلَتْ ثَانِيَتُهُمَا مَنْزِلَةَ التَّأْنِيْثِ مَمَّا قَبْلَهَا
“setiap dua kalimah dimana kalimah yang kedua menempati posisi ta’nitsnya kalimah yang pertama,”
Dengan kata lain, murakkab mazji adalah murakkab yang terdiri dari dua kalimah namun dijadikan satu. Contohnya seperti lafazh بعلبك yang asalnya terdiri dari dua kata yaituبعلة  yang berarti patung danبك  yang berarti penyembah.
d.      Murakkab taqyidi (المركب التقيدي)
هُوَ أَنْ يَكُوْنَ الثَّانَيْ مُقَيِّدًا لِلْأَوَّالِ فِي الْمَعْنَى
“kalimah yang kedua membatasi kalimah yang pertama dalam maknanya.”
Contohnya seperti lafazh حَيِوِانٌ نَاطِقٌ (hewan yang berfikir) lafazh natiqun membatasi lafazh hayawan. Dengan adanya lafazh natiqun, maka hewan yang dimaksud hanya manusia.
3.      Mufid (المفيد)
Secara bahasa, mufid adalah
هُوِ اسْتِحْدِاثُ الْمَلِ وَالْخَيْرَ
“memperoleh harta disertai dengan kebaikan”
Sedangkan mufid secara istilah adalah
هُوَ كُلُّ مَا أَفَادَ فَائِدَةٌ يَحْسُنُ السُّكُوْتُ مِنَ الْمُتَكَلِّمِ وَالسَّامِعِ عَلَيْهَا
“setiap ucapan (lafazh) yang dapat memberikan faidah dengan sempurna bagi bagi orang yang berbicara dan orang yang mendengarkan.”
Contohnya ketika mutakallim mengucapkan قَامَ زَيْد maka sami’ sudah memahami ucapan tersebut dan tidak menanyakan kembali kepada mutakallim.
4.      Wadha’ (الوضع)
Secara bahasa, Wadha’ mempunyai makna isqoth (اسقاط) yang berarti menggugurkan, seperti dalam ucapan وَضَعْتُ الدَّيْنَ عَنْ فُلاَنٍ  (saya mengugurkan hutang si fulan) dan bermakna wiladah (ولادة)  seperti dalam ucapanوَضَعَتْ الْمَرْأَةُ وَلَدَهَا  (seorang perempuan melahirkan anaknya).
Adapun definisi wadha’ secara istilah adalah
هُوَ جَعْلُ اللَّفْظِ دَلِيْلاً عَلَى الْمَعْنَى أَوْ بِالْقَصْدِ
Menjadikan lafazh untuk menunjukkan makna atau maksud yang dikehendaki”
Ulama berbeda pendapat terkait wadha’. Sebagian menafsiri keharusan menggunakan bahasa Arab, sehingga lafazh-lafazh yang tidak menggunakan bahasa Arab tidak bisa disebut kalam. Sebagian yang lain menafsiri wadha’ dengan al-qoshdu (kesengajaan), artinya lafazh-lafazh tersebut harus diucapkan dengan sengaja/sadar. Sehingga perkataan orang mabuk, mengigau atau hilang kesadarannya tidak bisa disebut kalam.

Sekian pembahasan terkait kalam , pahamkah sampai disini kawan?
Jika masih ada yang ingin ditanyakan  silahkan ditanyakan di kolom komentar kawan. Jika mau menambahkan atau membenarkan yang salah juga silahkan di kolom komentar. Kami sangat berharap komentar-komentar dari kalian yang membangun, agar kedepannya bisa lebih baik.

Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia

 Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia Oleh : Sukron Ibnu Rofiq Banyak kasus pelanggaran di Indonesia yang mencermink...