Sunday, March 1, 2020

Makalah Amil Nawasib


PEMBAHASAN

A.  Pengertian Amil Nawasib
Amil nawasib  merupakan diantara amil yang masuk pada fi’il mudhore.
Sesuai dengan namanya amil nashob atau nawasib ini bisa membuat fi’il mudhore berubah i’rob menjadi nashob.[1]
B.     Pembagian Amil Nawasib
Amil yang menashobkan fi’il mudhore itu ada 10
1.      ان  (bahwa)
Yang dimagsud An disini ialah huruf masdariyyah, huruf nashob, huruf istiqbal.
Dinamakan masdariyyah sebab huruf An serta fi’ilnya dita’wili atau dikira kirakan dengan bentuk masdar. Dinamakan huruf nashob sebab menashobkan fi’il setelahnya. dinamakan huruf istqbal sebab An mem mustaqbalkan zamannya fi’il setelahnya yang asalnya mungkin zaman istiqbal dan haal. Contoh :
يُرِيْدُا للهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ  اي اَلتَّخْفِيْفَ
(Alloh menghendaki untuk meringankan sesuatu dari kalian)
Adapun An yang bukan masdariyyah tidak menashobkan fi’il mudhore, seperti
a.       أَنْ مُفَسِّرَةُ بِمَعْنَى أَيْ
Yaitu An yang jatuh setelah jumlah yang bermakna qaul (ucapan) seperti jatuh setelah lafadz أَوْحَى . An mufassiruh ini bermakna    أَى التَّفْسِيْرِيَّةْ  . Contoh :
فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنْ اصْنَعِ الْفُلْكَ
(aku telah memberi wahyu kepadanya, yakni bikinlah perahu!)
 Lafadz yang jatuh setelah An اصنع الفلك menafsiri arti أوحينا إليه
b.      أَنْ مُخَفَّفْ مِنَ الثَّقِيْلَةْ
Yaitu An yang jatuh setelah kalimah fi’il yang menunjukan kata makna yaqin. Adapun lafadz atau fi’il yang jatuh setelah An tersebut di baca rofa’. Contoh :
أَفَلَايَرَوْنَ أَلَّايَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلًا أَىْ أَنَّهُ
(Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka.)
عَلِمَ أَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَرْضَى أى أَنَّهُ
(Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang orang yang sakit.)
An dalam 2 contoh dinamakan An mukhoffaf minats tsaqilah karena fi’il sebelumnya berartikan yaqin يَرَوْنَ  , عَلِمَdan fi’il setelahnya dibaca rofa’ يَرْجِعُ, سَيَكُوْنُ
c.       أَنْ زَائِدَةْ
Adalah An yang jatuh setelah huruf  lammaa, An ini tidak ada artinya contoh:
فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيْرُ
(Maka ketika telah datang orang yang memberi kabar gembira).
2.      لن (tidak akan)
Yaitu huruf nafi, nashob, dan istiqbal. Dinamakan huruf nafi sebab menafikan pekerjaan pada zaman istqbal. Dan dinamakn huruf nashob, sebab menashobkan fi’il yang jatuh setelahnya. Dan dinamakan huruf istqbal, sebab di mustaqbalkan zamannya fi’il yang berada setelahnya. Contoh
لَنْ يَقُوْمُ زَيْدٌ
(Zaid tidak akan berdiri).
Lafadz  يَقُوْمُ sbelum kemasukan Lan artinya mutsbat, dibaca rofa’, dan zamannya mungkin khal dan istqbal, setelah kemasukan lan artinya menjadi nafi, dibaca nashob dan zamannya tertentu istqbal.
3.      إِذَنْ (kalau begitu)
Yaitu huruf jawab, jaza, nashob,dan istqbal. Dinamakan huruf jawab, sebab إذن berada dalam kalam yang menjadi jawab dari kalam sebelumnya. Dan dinamakan huruf jaza, sebab kalam yang bersamaan dengannya menjadi balasan bagi kandungan kalam sebelumnya. Contoh :
أَزُوْرُكَ
(saya akan berkunjung kepadamu)
Lalu dijawab:
إِذَنْ أَكْرِمَكَ
(Kalau begitu aku akan menghormatimu.)
Datangnya lafadz    إِذَنْ أَكْرِمَكَmenjadi jawab dari lafadz أَزُوْرُكَ   dan menghormati merupakan jaza (balasan ) dari ziarahnya seseorang.
Syarat إذن menashobkan fi’il mudhore
 Ada 3 syarat yang harus dipenuhi oleh إذن ketika hendak menashobkan fi’il mudhore
a.       إذن harus berada dipermulaan kalam, yakni إذن tidak didahului oleh sesuatu yang masih ada kaitannya dengan jumlah setelahnya. Contoh :
أَزُوْرُكَ  lalu dijawab إِذَنْ أُكْرِمُكَ
maka, إذن tidak beramal menashobkan fi’il mudhore apabila didahului oleh sesuatu.
b.      Fi’il yang jatuh setelah إذن harus berzaman istqbal. Apabila fi’il yang setelahnya berzaman khal, maka tidak bisa beramal menashobkan fi’il setelahnya. Contoh :
إِذَنْ أُصَدِّقُكَ Kalau begitu aku percaya.  Menjadi jawab إِنِّى أُحِبُّكَ   (aku mencintaimu) zamannya lafal أصدق yaitu khal,sebab perkataan membenarkan itu langsung terjadi setelah seseorang mengatakn cinta.
c.       Antara إذن dan fi’ilnya tidak dipisah dengan lafadh lain selain qosam dan la nafiyah. Apabila إذن dipisah oleh lafadh lain selain qosam dan la nafiyah maka tidak bisa beramal menashobkan. Contoh :
إِذَنْ هُمْ يَقُوْمُوْنَ بِاْلوَاجِبِ
Apabila pemisahnya berupa qosam dan la nafiyah maka إذن tetap beramal menashobkan. Contoh :
إِذَنْ وَاللهِ لِأِفْعَلَ
(Kalau begitu demi Allah aku akan melakukan)
4.      كَيْ (agar / supaya)
Yang dimaksud كي disini adalah kay mashdariyyah yang sebelumnya didahului lam ta’lil secara lafadh atau taqdir. Dinamakan mashdariyyah karena kay beserta fi’il setelahnya dita’wil atau dikira-kirakan bentuk mashdar. Contoh :
جِئْتُ كَيْ تُعَلِّمَنِى اى لِتَعْلِيْمِي
(Aku datang padamu agar engkau mengajariku)
Pembagian كي
كي ada 3 macam :
1)      كَيْ اَلْمَصْدَرِيَّةْ
Yaitu كي yang didahului lam ta’lil baik lafdhan atau taqdiran.كي inilah yang beramal menashobkan fi’il mudhori’. Contoh :
لِكَيْ تُكْرِمُنْي جِئْتُ كَيْ أَقْرَأَ  ini ketika anda mengira-ngirakan wujudnya lam sebelumnya.
2)      كَيْ اَلتَّعْلِيْلِيَّةْ
Yaitu كي yang setelahnya terdapat lam ta’lil atau an mashdariyyah. Contoh :
جِئْتُ كَيْ لِأَقْرَأ أى أَنْ أَقْرَأَ
(Aku datang agar aku membaca)
جِئْتُ كَيْ أَنْ تُكْرِمَنِي
(Aku datang agar kamu memuliakanku)
Dalam contoh ini كي tidak menashobkan, akan tetapi yang menashobkan adalah an mashdariyyah yang dikira-kirakan jatuh setelah lam ta’lil dalam contoh pertama. Dan an mashdariyyah dalam contoh ayng kedua.
3)      كَيْ yang mungkin mashdariyyah dan ta’liliyah
Yaitu كي yang sebelumnya tidak terdapat lam baik secar lafadh atau kira-kira dan setelahnya tidak terdapat an mashdariyyah dan lam. Contoh :
جِئْتُ كَيْ تُكِرمَنِي
Kalau mengira-ngirakan ada lam sebelum كي maka yang menashobkan تُكْرِمَنِي adalah كي. Tetapi kalau mengira-ngirakan ada an atau lam setelah كي  maka yang menashobkan adalah an yang dikira-kirakan.
5.      لاَمُ كَيْ (supaya/agar/untuk)
Yaitu lam yang dicetak untuk menunjukkan makna ta’lil. Dinamakan لام كي , karena كي bisa mengganti kedudukan lam ta’lil, sebagaimana keterangan كي di atas. Contoh :
جِئْتُ لِأِزُوْرَك
(aku mendatangimu karena/untuk mengunjungimu)
Yang menashobkan lafadh أزورك bukan dzatiyah lam, akan tetapi an mashdariyyah yang dikira-kirakan secara jawaz, sehingga boleh mengatakan لِأَنْ أزُوْرَكَ .
Pembagian لام كي
لام كي ada tiga macam. Dan dari tiga macam ini fungsinya sama yaitu menashobkan fi’il mudhori’, walaupun yang menashobkan bukan dzatiyah لام كي akan tetapi an mashdariyyah yang dikira-kirakan secara jawaz.
1)      لَامُ التِّعْلِيْلِ
Yaitu lam yang menunjukkan bahwa lafadh setelah lam menjadi sebab dari wujudnya lafadh sebelum lam. Contoh :
جِئْتُ لِأَزُوْرَكَ أى لِأَنْ
(aku datang karena/untuk mengunjungimu)
Lam dalam contoh disebut lam ta’liliyah, karena lafadh أزور (menjenguk/berkunjung) menjadi sebab wujudnya جاء (datang).
2)      لاَمُ اْلعِاقِبَةُ
Yaitu lam yang menunjukkan bahwa lafadh setelahnya merusak kandungan kalam yang sebelumnya. Contoh :
فَالْتَقَطَهُ اْلَ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنُ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا أَىْ لِأَنْ
(Keluarga Fir’aun mengangkat anak Musa supaya menjadi musuh dan bikin susah)
Lam yang terdapat dalam contoh dinamakan lam ngaqibah, karena lafadh setelah lam merusak kandungan kalam sebelumnya. Sebab yang namanya mengangkat anak mestinya untuk menjadi penenang hati dan disayang, tapi dalam contoh malah supaya menjadi musuh dan bikin susah.
3)      لاَمٌ اَلزَّائِدَةْ
Yaitu lam yang jatuh setelah fi’il muta’addi (kedudukan lafadh setelah lam menjadi maf’ul bih dari fi’il muta’addi). Contoh :
إِنَّمِا يُرِيْدُ اللهُ لِيُدْهِبَ عَنْكُمْ الرِّجْسَ أى لِأَنَّ
(Sesungguhnya Allah hanya ingin menghilangkan kotoran dari mereka)
Lam yang terdapat dalam contoh dinamakan lam zaidah sebab keberadaan lafadh setelah lam (يدهب..) menjadi maf’ul bih dari fi’il muta’addi) يريد.(

6.      لَامُ اْلجُحُوْدِ (untuk)
Yaitu lam yang jatuh setelah lafadz مَا كَانَ atau لَمْ يَكُوْنُ  Contoh:
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَ أأأأأاااااااااااا
أَنْتَ فَيْهِمْ أى لِأَنْ يُعَذِّبِهِمْ
(Dan tidak selayaknya Allah menyiksa kaum sementara sementara kamu ada di dalamnya)
لَمْ يَكُنِ اللهِ لِيَغْفِرَلَهُمْ
( Allah tidak mengampuni mereka)
7.      Huruf حَتَّى (sehingga)
Yaitu huruf nashib yang berfaidah
a.        غَا يَةْ yakni kandungan lafadz sebeleum حتى menjadi berkhir dengan sebab wujudnya lafadh setelah حتى .
adapun ciri-ciri حتى berfaidah ghoyah yaitu posisi pantas ditempati oleh huruf الى. Contoh:
حَتَّى يَرْجِعُ اِلَيْنَا مُوِسَى أى اِلَى
(sehingga Musa kembali pada kami)
b.      تَعْلِيْلِ , yakni kandunga lafadz sebelumحتى menjadi sebab wujudnya lafadz setelahnya. Ciri-cirinya adalah posisi حتى pantas ditempati .
c.        contoh :
أَسْلِمْ حَتَّى تَدْخُلِ اْلجَنَّةَ أى كَيْ
( Masuklah agama Islam agar masuk surga)
8.      Menjawab dengan huruf فَاءْ  atau وَاوُ
Yaitu Fa’ yang berfaidah sababiyah, dan wawu berfaidah ma’iyyah dan terlakunya fa’ dan wawu ini ketika menjadi jawab dari kalam nafi dan tholab. Contoh :
Kalam Nafi :
لَمْ تُرْحَمْ فَتُرْحَمَ
(belum disayang, maka menjadi sebab akan disayang)
لاَنَأْمُرُ بِاْلخَيْرِ وَنُعْرِضُ
(kami tidak menyuruh berbuat kebaikan serta/ sementara kami berpaling)
Kalam Tholab :
هَلْ تُرْحَمُوْنَ فَتُرْحَمُ
(apakah kalian menyayang, maka menjadi sebab kalian disayang)
لاَتَأْمُرُوْا بِاْلخَيْرِ وَتُعْرِضُوْا غَنْهُ
(jangan kalian menyuruh berbuat kebaikan serta/sementara kalian berpaling)[2]
9.      Fa’ sababiyah
Terletak setelah fa’ sababiyah yang menjadi jawab nafi dan tholab yang mahdoh diantaranya:
a.       Yang terletak setelah nafi
Yang dimaksud nafi yang mahdodh yaitu nafinya murni dari makna isbat.
Contoh:
مَاتَأْتِيْنَا فَتُحَدّثَنَا
(kamu tidak datang padaku sehingga kamu bercerita padaku.)
 Takdirnya فَأنْ تُحَدَّثَنَا
a.      Yang terletak setelah tholab
Yang dimagsud tholab mencakup pada amar, nahi, do’a, istifham, irid, tahdid dan tamanni contoh :
a)      Dalam amar
أَقْبِلْ فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ
b)      Dalam Nahi
Yaitu kalam yang menunjukan arti larangan. Contoh:
لاَ تَضْرِبْ زَيْدًا وَيَغْضِبَ
(Jangan kau pukul zaid sementara dia sedang marah )
c)      Dalam Do’a
Yaitu kalam yang mengandung unsur do’a. Contoh :
رَبَّ وَفِّقْنِى وَأَعْمَلَ صَا لِحًا
(wahai tuhanku, berikan aku taufiq, bersamaan aku sedang berbuat amal sholeh )
d)     Dalam istifham
Yaitu kalam yang mengandung pertanyaan. contoh :
هَلْ تُكْرِمُ زَيْذًا فَيُكْرمَكَ
(apakah zaid di rumah ? bersamaan aku pergi kerumahnya)
e)      Dalam ‘irid
Yaitu menyuruh atau meminta dengan cara halus. Contoh :
أَلاَ تَنْزِلْ عِنْدَنَا وَتُصِيْبَ خَيْرًا
(henddaklah singgah di rumahku, bersamaan atau sementara engkau mendapatkan kebaikan.)
f)       Dalam takhdlid (memerintahkan dengan keras)
Yaitu menyuruh atau meminta dengan cara keras atau kasar . contoh :
هَلاَّ أَكْرَمْتَ زَيْدًا فَيَشْكُرَكَ
(kenapa engkau tidak menghormati zaid, sementara ia akan berterimakasih)
g)      Dalam tamanni[3]
Yaitu kalam yang mengandung harapan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, atau mungkin sulit. Contoh :
لَيْتَ لِى مَا لًا وَأَحِخَّ
(semoga saya memiliki harta banyak, sementara aku bisa berangkat haji)
10.  Huruf اَو [4]
Yaitu huruf yang menggunakan makna  atau   . contoh :
a.       Yang bermakna
Dengan ciri-ciri, lafadh setelah   maknanya bisa diraih atau didapat sedikit demi sedikit.

لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصُّعْبَ أَوْأُدْرِكَالْمُنِى  فَمَا انْقَادَتْالْاَمَالُ إِلاَلِصَابِرٍ
(sungguh aku menganggap mudah suatu kesulitan, sehingga aku meraih apa yang di cita-citakan, tidaklah suatu cita-cita bisa diraih terkecuali dengan sabar).         Kata اَوْ    dalam syi’ir bermakna اِلَى  karena    أُدْرِكَ المُنَى (meraih) bisa didapat atau diraih dengan bertahap atau pelan-pelan, melewati perjalanan dan kesulitan dulu.
b.      Yang bermakna إِلاَّ
Dengan ciri-ciri, bahwa lafadh setelah  اَوْ maknanya bisa diraih atau didapat dengan cara sekaligus atau tidak bertahap. Contoh :
لَتَقْتُلَنَّ الْكَافِرَ اَوْ يُسْلِمَ
(sungguh aku akan membunuh orang kafir, kecuali dia masuk islam).
لَأَحْقِرَنَّكَ أَوْ تَأْتِيَ مَا يَلْزَمُ عَلَيْكَ
(niscaya aku akan membinakanmu, kecuali kamu melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaanmu).
اَو Dalam contoh bermakna اِلَى karena إِسْلَامْ (masuk islam ) dan     تَأْتِىي مَا يَاْزَمُ (pekerjaan yang menjadi kebiasaan)  dengan spontan bisa langsung hasil, sebb islam bisa hasil dengan membaca dua kalimah syahadat. Begitu juga pekerjaan yang menjadi kebiasaan akan mudah hasil.


[1] Sa’dulloh Syakuro, Tarjamah Matan Al Jurumiyyah, (benda, Al Hikmah:1990) Hlm. 34

[3] Sholehuddin shofwan, pengantar memahami imriti, (jombang, Darul Hikmah :2006) Hlm. 167-169
[4] Abu An’im, sang pangeran al jurumiyyah, (jawa barat, Mu’jizat Group: 2016) Hlm. 161-177

1 comment:

  1. Do this hack to drop 2lb of fat in 8 hours

    Well over 160,000 men and women are trying a easy and SECRET "water hack" to burn 2 lbs each night as they sleep.

    It is painless and works all the time.

    You can do it yourself by following these easy steps:

    1) Hold a drinking glass and fill it up half glass

    2) And then use this proven HACK

    you'll become 2 lbs skinnier the very next day!

    ReplyDelete

Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia

 Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia Oleh : Sukron Ibnu Rofiq Banyak kasus pelanggaran di Indonesia yang mencermink...