Tuesday, March 10, 2020

Makalah Masyarakat dan Budaya Sekolah


ISI

A.      Pengertian Masyarakat
Berikut adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
1.      Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.      Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
3.      Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup, dimana sebagian besar interaksi antara individu-individu yang berbeda dalam kelompok tersebut. Kata masyarakat berasal dari kata bahasa arab musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama. Dalam sistem internal suatu organisasi tidak akan bisa bertahan hidup jika tidak mampu memanajemeni diri sendiri suatu kelompok. [1]
Masyarakat merupakan satu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena itu, setiap anggota kelompok merasa terikat satu dengan lainnya. Apabila dibandingkan dengan makhluk hidup lain seperti hewan, misalnya manusia tidak akan mungkin hidup sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati, manusia yang dikurung sendirian di suatu ruangan tertutup, pasti akan mengalami gangguan pada perkembangan pribadinya, sehingga lama kelamaan dia akan mati.
Dengan demikian, maka suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif, oleh karena masyarakat wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan. Namun disamping itu, masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, agar masyarakat dapat hidup terus menerus.

1.      Komponen- komponen dasar masyarakat:
a. Populasi, adalah warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandangan kolektif.
b. Kebudayaan, adalah hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang mencukup sistem lambang-lambang dan informasi.
c. Hasil-hasil kebudayaan material.
d. Organisasi sosial, ialah jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan

2.      Faktor-Faktor/Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
a.  Beranggotakan minimal dua orang
b.  Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

B.     Kebudayaan Sekolah
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi di sekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin karena sekolah mempunyai pendudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan.
1.      Pengertian Kebudayaan Sekolah
Kebudayaan dalam bahasa Belanda “Cultuur”, berasal dari perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengajarkan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah tanah”. Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa sangsekerta “buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat ini mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu pengembangan dari kata majemuk: budi daya yang berarti budi dan daya. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Sedangkan kebudayaan dalam bahasa inggris (culture) diartikan sebagai suatu cara hidup (way of life)  yang merupakan komponen penting dalam masyarakat atau struktur sosial.[2]  Masyarakat merupakan pendukung kebudayaan. Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berfikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyarakat.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Jadi jelasnya “kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan daripada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil, dan hasil itu dengan sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia yang dapat membedakan manusia dengan binatang.
Sedangkan kebudayaan sekolah merupakan sistem pendidikan yang mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.[3]

2.      Bentuk- bentuk kebudayaan :
a.       Kebudayaan materi
Bagian materi dari suatu kebudayaan meliputi dari segala sesuatu yang telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Komponen-komponen semacam itu mungkin meliputi tempayan-tempayan  tanah liat yang dibuat oleh suatu suku bangsa primitif maupun kapsul-kapsul ruang angkasa yang dibuat serata dihancurkan oleh para ahli yang terpandai dari suatu bangsa yang sudah maju. Kedua benda itu ditandai dengan adanya sesuatu bentuk fisik dan hal inilah yang menggolongkan kedua jenis benda tersebut di dalam ruang lingkup kebudayaan materi.[4]
b.      Kebudayaan non materi
Aspek non materi dari kebudayaan merangkum semua buah karya manusia yang digunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindaknnya, dan itu tak hanya dapat ditemukan di dalam pikiran orang-orang. Dikenal dua buah kategori dari kebudayaan non materi. Kategori pertama meliputi apa yang secara luas dapat didefinisikan sebagai norma-norma individu, sedangkan kategori kedua meliputi kelompok-kelompok, norma-norma yang membentuk pranata sosial.

3.      Unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki beberapa unsur-unsur penting yaitu:
a. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan  perlengkapan lainnya).
b. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program sekolah
c. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha.
d. Nilai-nilai norma , sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah

C.      Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, norma juga kebiasaan yang di pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.
Sebagai lembaga transmisi kebudayaan, pendidikan berfungsi menurunkan atau mewariskan kebudayaan masyarakat, dari generasi masyarakat tertentu ke generasi berikutnya. Meningkatkan integrasi sosial artinya melalui pendidikan dapat dibentuk dan ditingkatkan integrasi sosial, persatuan masyarakat dan bangsa.[5]

D.    Norma-Norma Sosial dalam Situasi Belajar
Kegiatan belajar yang berpusat dalam ruang dapat berjalan lancar dengan adanya pola-pola kebudayaan sekolah yang menentukan kelakuan yang diharapkan dari murid-murid dalam proses belajar mengajar.
Norma-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkan dalam kelasnya. Sedapat mungkin norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga anak didik. Bila ini terjadi maka kesulitan dan salah paham akan timbul antara sekolah dan orang tua. Dalam hal ini pribadi guru dan latar belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma masyarakat ke dalam situasi kelas.

E.      Latar Belakang Guru
Sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian dan sebagian kecil saja yanga ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru, dengan pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin berbeda dengan norma murud-murid, khususnya di kota-kota.
Guru merupakan daya utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dalam kelakuan anak sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara mengatasi konflik dan hal-hal moral, pergaulan antar-seks, soal kejujuran sikap terhadap agama, terhadap orang tua, dan pemerintah, guru  akan dipengaruhi norma-norma golongan dari mana ia berasal. Tentang peraturan-peraturan sekolah, telah ada yang ditentukan oleh pemerintah ada pula oleh kepala sekolah dan staf guru, misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh semua anak, lepas dari status orang tua .
Disadari atau tidak masalah pembelajaran merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat, sehingga keberadaan interaksi sosial menjadi penting. Karena tanpa interaksi sosial mungkin tidak akan terjadi kehidupan bersama yang terwujud dalam bermasyarakat.[6]

























[1] Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.129.
[2] Khoiriyah, menggagas Sosiologi Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, hlm. 69.
[4] Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.199.
[5] I Wayan Suwatra, Sosiologi Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm 15.
[6] Andriyansyah dkk, Menjadi Tutor Terampil dan Profesional, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.59.

1 comment:

  1. As claimed by Stanford Medical, It is indeed the ONLY reason women in this country get to live 10 years more and weigh on average 42 lbs lighter than us.

    (And actually, it has NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and EVERYTHING related to "how" they are eating.)

    BTW, I said "HOW", and not "what"...

    TAP on this link to find out if this little questionnaire can help you find out your real weight loss possibility

    ReplyDelete

Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia

 Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia Oleh : Sukron Ibnu Rofiq Banyak kasus pelanggaran di Indonesia yang mencermink...