Tuesday, February 26, 2019

Makalah Maful Ma'ah - nahwu


المفعول معه
اسم منصوب يذكر بعد واو بمعنى مع للدلالة المصاحبة
Maf’ul ma’ah adalah isim manshub yang disebutkan sesudah harf wawu untuk menerangkan bahwa sesuatu yang dikerjakan ( dilakukan) bersama sama dengan isim tersebut. Wawu tersebut dinamakan wawu ma’iyah.
استيقظت وتغريد الطيور
استيقِظْتُ وطلوعَ الشمسِ
Saya bangun bersamaan dengan terbitnya matahari
جِئْتُ والسيارةَ
Aku datang bersamaan dengan mobil.
ِapabila isim tersebut bias diathafkan kepada isim sebelumnya, maka isim yang terletak setelah wawu boleh dii’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah dan boleh juga mengkuti isim sebelumnya sebagai ma’thuf.
جلس أحمد وعليُ
Ahmad dan Ali duduk
جلس أحمد وعليا
Ahmad duduk bersama ali
وواو العطف اشتراك ما قبلها وما بعدها في نسبة الحكم إليهما، أما واو معية تدل على المصاحبة.
 Syarat syarat membaca nashab sebagai maf’ul ma’ah
Pertama: Hendaknya isim tersebut berupa fudhlah artinya suatu jumlah itu sudah dinilai sah dan benar tanpa mengikut sertakan isim tersebut. Jadi kalua isim yang terletak setelah wawu itu berupa ‘umdah seperti dalam contoh اشترك سعيد وخليل makai sim tersebut tidak boleh dibaca nashab sbg maf’ul ma’ah, malah wajib diathafkan kepada isim sebelumnya. Karena kata kholil dalam contoh tersebut sebagai ‘umdah karena wajib di athafkan kepada kata sa’idun yang juga berupa ‘umdah. Karena ma’thuf ( isim yang diathafkan yaitu kata Khalil) mempunyai hokum yang sama dengan ma’thuf ilaih ( isim yang diathafi) yaitu kata sa’id.
Kedua: Hendaknya sebelum isim tersebut berupa jumlah. Seperti سِرْتُ والنيلَ dan سار عليُّ والجبل
Ketiga: Hendaknya wawu yang didahului oleh jumlah itu memakai maknanya kata ma’a
Hukum-hukum isim yang terletak setelah wawu
Wajib nashab sebagai maf’ul ma’ah
سافر خليل والليلَ ( Kholil pergi Bersama malam hari)
 Yang mengamalkan maf’ul ma’ah
Yang mengamalkan atau ‘amil yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah fi’il atau isim yang menyerupainya, yang terletak sebelumnya. Contoh fi’il yang menashabkan adalah ذهبتُ والليل  sedangkan contoh isim yang menyerupai أنا ذاهب وخالدا
المفعول فيه
اسم منصوب يذكر لبيان زمان الفعل أومكانه أي يقع في جواب متى أو أين.
Maf’ul fih yaitu isim yang dii’rab nshab yang disebutkan untuk menerangkan waktu atau tempat terjadinya pekerjaan.
سافرت الطائرة ليلا
وقف الطالب أمام المدرس
سأذهب إلى سورابايا غدا
Maf’ul fih disebutbjuga dharaf makan apabila menunjukkan arti tempat terjadinya perbuatan.
قام محمد أمام المدرسة
Dharaf makan dan dharaf zaman dapat dbedakan menjadi dua yaitu mutasharif ( menerima tanwin) yaitu dharaf yang bias digunakan untuk dharaf dan selain dharaf, missal:
Yaumun ( sehari), lailatun ( semalam), sanatun, usbuu’un, lachzdhatun ( sebentar),amaama/ qaddamun ( depan), holfa/ warooa, yamiinun, syimaalun/ yasaarun.
Contoh zdaraf yang digunakan untuk zdaraf
اجتمع المسلمون يوم الجمعة
ركبتُ السيارةَ كيلو مترا
Contoh dharaf yang digunakanselain dharaf:
يومُ الجمعة سيد الأيام
جاء يومُ الجمعة
Zdaraf ghairu mutasharif yaitu zdaraf yang digunakan اuntuk zharaf.seperti: china ( ketika), ba’da, fauqa, tachta, baina
الجنة تحت أقدام أمهاتكم
Zdaraf yang mabni dan yang mu’rab
Zdaraf mabni contoh: chaitsu ( manakala), ladaaa/ ladun ( manakala), idza ( jika), izd ( pada waktu), al aan, tsamma ( disana), mudz/ mundzu ( sejak), hunaa, amsi, contoh:
قم حيث يحضرُ الضيوفُ
Berdirilah ketika para tamu datang
ويرْزُقْه من حيث لايحتسبُ ( الطلاق: 3)
Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka sangka
ظرف الزمان : ساعة، صباح، مساء، أثناء خلال، طوال

Sekian, semoga bermanfaat


Makalah Maful Ajlih (maful min ajlih)


Sedikit materi tentang maful min ajlih yang mengutip dari kitab jami' ad durus, semoga dapat bermanfaat....

المفعول لأجله
MAF'UL MIN AJLIH


Maf’ul Min Ajlih, atau yang disebut dengan maf’ul lah, adalah masdar qalbi yang disebutkan sebagai illat atau alasan terjadinya suatu perbuatan yang tunggal waktu dan pelakunya.
اِغْتَرَبْتُ رَغْبَةً في العلمِ
Saya mengembara karena menginginkan ilmu pengetahuan. Kata “ raghbatan” adalah Masdar qalbi yang menjelaskan alasan mengembara. Karena sebabnya mengembara  adalah menginginkan ilmu pengetahuan. Antara pekerjaan yaitu mengembara dan Masdar, yaitu keinginginan adalah tunggal dalam waktu dan pelakunya. Karena waktunya tunggal yaitu waktu yang telah lalu dan pelakunya pun tunggal yaitu mutakalim.

قامَ عَلِيٌّ إكراما لمحمدٍ
Ali berdiri untuk menghormati Mohammad.
Maf’ul min ajlih adalah masdar yang disebutkan untuk menerangkan sebabnya fiil. Ciri-ciri maf’ul min ajlih adalah layak untuk menjawab pertanyaan karena apa/ untuk apa.
Yang dimaksud dengan masdar qalbi adalah masdarnya fi’il yang asalnya adalah anggota batin, seperti (التَّعْظِيْمُ)menghormati,  (الإِجْلاَلُ) mengagungkan,
 (التَّحْقِيْرُ),menghina, (الخَشْيَةُ), (الخَوفُ), takut,  (الرَّغْبَةُ),ingin, (الرَّهْبَةُ), (الحَيَاءُ), malu, takut, (الْجَهْلُ) dan semisalnya. Lawannya adalah perbuatan anggota tubuh atau anggota dzahir, seperti (القِرَاءَةُ), membaca (الجُلُوسُ), (الكِتاَبَةُ), (القُعُودُ), (القِيَامُ), النوم , اليقظة dan semisalnya.

Syarat Nashabnya Maf’ul Min Ajlih

Dari definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa syarat dari maf’ul min ajlih ada lima, yaitu: HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftn2" \o "" [2]

a.  Harus berupa masdar.

Sehingga jika tidak berupa masdar, maka tidak diperbolehkan untuk membacanya nashab, seperti (وَ الْأَرْضَ وَضَعَهاَ لِلْأَناَمِ) QS. 55:10.

b. Harus berupa masdar qalbi, artinya dari perbuatan batin.

Sehingga jika tidak berupa masdar qalbi, maka tidak boleh dibaca nashab, seperti (جِئْتُ لِلْقِرَاءَةِ) saya datang untuk membaca.

c. dan d.  Masdar qalbi itu harus sama dengan fiilnya dalam waktu, dan pelakunya artinya zaman melakukan dan masa Masdar itu tunggal dan fa’ilnya tunggal. sehingga jika zaman dan fa’ilnya berbeda, maka tidak diperbolehkan dibaca nashab, seperti (سَافَرْتُ لِلْعِلْمِ), karena zamannya bepergian adalah madli sedangkan zamannya ilmu adalah mustaqbal, dan (اَجْبَبْتُكَ لِتَعْظِيْمِكَ الْعِلْمَ) karena fa’ilnya mahabbah adalah mutakallim sedangkan fa’ilnya ta’dzim adalah mukhathab.

Makna samanya fi’il dan masdar dalam waktunya adalah jika perbuatan terjadi disebagian waktunya masdar, seperti (جِئْتُ حُباًّ لِلْعِلْمِ) “Aku datang karena mencintai ilmu,” atau awal waktunya perbuatan adalah akhir dari waktunya masdar, seperti (اَمْسَكْتُهُ خَوفاً مِنْ فِرَارِهِ) “aku menahannya karena takut bila dia lari,” atau dibalik, seperti (اَدبْتُهُ اِصْلاَحاً لَهُ) “Aku mengajari dia etika karena untuk memperbaiki dia.”

e. Hendaknya masdar qalbi yang tunggal dengan fiil dalam waktu dan pelakunya itu menjadi illat bagi tercapainya suatu perbuatan, yaitu dengan sekiranya sah bila menjadi jawabnya (لِمَ فَعَلْتَ ؟) “Untuk apa kamu melakukan itu?”

Namun, jika syarat-syarat di atas tidak terpenuhi, maka diwajibkan untuk membaca jer masdar dengan huruf jer yang berfaidah ta’lil, seperti lam, (مِنْ) dan (فِي). HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftn3" \o "" [3] Contohnya, (جِئْتُ لِلْكِتاَبَةِ), (وَ لاَ تَقْتُلُوا اَولاَدَكُمْ خشية اِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَ اِياَّكمْ) dan
(دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِي هِرَّةٍ حَبستْهاَ لاَ هِيَ اَطْعَمَتْهاَ وَ لاَ هِيَ تَرَكَتْهاَ تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ) )

Hukum Maf’ul Min Ajlih

Maf’ul min ‘ajlih mempunyai tiga hukum, yaitu: HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftn4" \o "" [4]

a. Dibaca nashab, ketika syaratnya sudah terpenuhi, menjadi maf’ul min ‘ajlih yang sharih. Jika ada lafal disebutkan untuk ta’lil tetapi syaratnya tidak terpenuhi, maka dia dijerkan dengan huruf jer yang berfaidah untuk ta’lil, seperti penjelasan diatas. Dan dianggap bahwa lafal itu bermahall nashab sebagai maf’ul min ‘ajlih ghairu sharih.

b. Diperbolehkan mendahulukan maf’ul min ‘alih atas amilnya, baik dia dibaca nashab atau dijerkan, seperti (رَغْبَةً فِي الْعِلْمِ اَتَيْتُ).

c. Tidak diwajibkan untuk membaca nashab masdar yang sudah memenuhi syarat untuk dibaca nashab menjadi maf’ul min ‘ajlih, tetapi boleh dibaca nashab dan boleh dibaca jer. Demikian itu terjadi ditiga bentuk, yaitu: HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftn5" \o "" [5]

1) Masdar dikosongkan dari (ال) dan idlafah, namun yang paling banyak adalah dibaca nashab, seperti (وَقَفَ النَّاسُ اِحْتِراَماً لِلْعِلْمِ).

2) Masdar bebarengan dengan (ال), dan yang paling banyak adalah dijerkan dengan huruf jer, seperti (سَافَرْتُ لِلرَّغْبَةِ فِي الْعِلْمِ).

3) Masdar itu diidlafahkan, kedua perkara itu (nashab atau jer) adalah sama, sehingga kita ucapkan (تَرَكْتُ الْمُنْكَرَ خَشْيَةَ اللهِ اَو لِخَشْيَةِ اللهِ اَو مِنْ خَشْيَةِ اللهِ).



 HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftnref1" \o "" [1] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 44
 HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftnref2" \o "" [2] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 44
 HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftnref3" \o "" [3] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 45
 HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftnref4" \o "" [4] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 46
 HYPERLINK "file:///D:\\buku\\BUKU%20NAHWU\\BAB%20VII%20ISIM%20YANG%20DIBACA%20NASHAB.docx" \l "_ftnref5" \o "" [5] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah,


Sekian, semoga bermanfaat

Makalah Maful mutlaq


Assalamualaikum sobat, aku cuma ingin berbagi materi tentang maful mutlaq, yang munkin di butuhkan oleh sobat semua untuk belajar atau sebagai refrensi


المفعول المطلق
Maf’ul mutlak yaitu isim masdar manshub yang disebutkan setelah fiilnya untuk menguatkan fiil, untuk menerangkan macamnya atau jumlahnya. Contoh:
وكلَّمَ اللهُ موسى تكليما، النساء 164 .
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung
حفظتُ الدرس حفظا
يجمع الفلاح القطن جمعا
Contoh maf’ul muthlaq yang menerangkan macamnya:.
وتحبُّون المالَ حبًّا جَمًّا ( الفجر 20)
Dan kamu mencintai harta benda dengan cinta yang berlebihan.
سرْتُ سَيْرًا حسنا
يدافع الشعب عن حريته دفاع الأبطال
Contoh maf’ul muthlaq yang menerangkan banyaknya atau jumlahnya
ضربتُ زيدا ضربين
Saya memukul zaid dua pukulan.
ضربتُ خالدا ثلاثَ ضربات
Terkadang maf’ul muthlaq hanya disebutkan sifatnya saja. Contoh
اذكروا الله كثيرا اي اذكروا الله ذكرا كثير ا
Ingatlah Allah sebanyak banyaknya, ingatlah allah dengan ingatan sebanyak-banyaknya.
Terkadang fi’ilnya dibuang, sedangkan maf’ul muthlaqnya tidak dibuang. Contoh:
خِلافًا اي خالَفْتُ خِلافًا
Beda, aku bedakan
شكرًا ا  أى أشكرك شكرا
قياما أي قوموا قياما
تحية طيبة وبعد أى أحييكم تحية طيبة
أنتَ  ابني حقا  أي أحقُّه حقًّا
هذا رجل كريم جدأ يجد جدا
أيضا  ( أنيضُ أيضا)
Juga ( aku sama juga)



Sekian, semoga bermanfaat




Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia

 Urgensi Penerapan Pendidikan Moral Bagi Masa Depan Indonesia Oleh : Sukron Ibnu Rofiq Banyak kasus pelanggaran di Indonesia yang mencermink...