BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Penelitian
Apa itu masalah? Menurut Setyosari Punaji H, “masalah adalah keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan kebutuhan yang ada”. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah adalah sesuatu hal yang harus dipecahkan.
Dari dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah adalah sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan yang harus diupayakan untuk menyelesaikannya melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis.
Tahap Setiap penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berawal dari sebuah masalah. Namun, terdapat perbedaan yang mendasar antara "masalah" dalam penelitian kuantitatif dan "masalah" dalam penelitian kualitatif.
- Dalam penelitian kuantitatif, "masalah" yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah.
- Dalam penelitian kualitatif, "masalah" yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, "masalah" dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan masalah.
- Masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi.
- Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Dalam usulan penelitian, sebaiknya masalah tersebut perlu ditunjukkan dengan data. Misalnya ada masalah tentang kualitas SDM yang masih rendah, maka perlu ditujukkan data kualitas SDM tersebut, melalui Human Development Index misalnya. Masalah kemiskinan perlu ditunjukkan data tentang jumlah penduduk yang miskin. Masalah korupsi perlu ditunjukkan jumlah koruptor, dsb.
B. Kapan Masalah Itu Muncul?
Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap "masalah" yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian, diantaranya:
1. Masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama.
2. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang, yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan.
3. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga harus "ganti" masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
Penelitian kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai merupakan penelitian kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.
C. Sumber Penentuan Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian dalam pendekatan grounded theory tidaklah berbeda dengan pendekatan penelitian kualitatif lainnya. Ada beberapa sumber masalah yang layak ditelusuri.
1. Saran dari Dosen, Peneliti Senior, Lembaga Pemberi Dana
Salah satu cara mendapatkan masalah adalah meminta saran dari salah seorang dosen yang tengah melakukan penelitian di bidangnya. Bila tengah melakukan penelitian, maka ia akan senang andaikan ada mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam proyek tersebut. Cara pencarian semacam ini cenderung memperbesar peluang untuk memperoleh masalah-masalah penelitian yang "bisa diteliti" dan "relevan". Hal ini karena peneliti yang lebih berpengalaman telah mengetahui apa yang tengah dan harus dilakukan dalam kancah penelitian yang sesungguhnya. Di sisi lain, pilihan yang didapat dengan cara ini bisa jadi bukan yang paling menarik bagi Anda. Perlu diingat bahwa apa pun masalah yang dipilih, Anda harus mempelajarinya dalam waktu yang secukupnya, sampai pilihan akhir jatuh pada masalah yang paling Anda minati. Inilah salah satu pilihan yang bisa kita ikuti untuk memperoleh masalah penelitian yang memikat dan bermanfaat. Cara ini seringkali menjadi sumber pertanyaan penelitian yang paling mudah, terutama bila kita cenderung memilih bidang yang substantif. Sebagai contoh, minat atlet wanita dapat diketahui melalui pertanyaan seperti: Apakah yang dirasakan oleh para wanita pesenam pada tubuh mereka? Pertanyaan yang luas dan terbuka ini dapat memunculkan sejumlah pertanyaan. Misalnya, apakah yang dirasakan oleh wanita-wanita tersebut berbeda dengan wanita yang bukan pesenam? Apakah yang dirasakan oleh para lifter wanita pada tubuh mereka berbeda dengan yang dirasakan oleh pelari wanita, atau lifter pria? "Masalah" penelitian lain yang disarankan kadang-kadang berupa topik penelitian yang telah ditentukan oleh penyandang dana. Ini merupakan saran yang sangat wajar, sebagaimana sering terjadi pada bidang masalah tertentu.
2. Literatur Teknis
Literatur semacam ini bisa merangsang kita untuk melakukan penelitian melalui berbagai jalan. Terkadang pustaka ini mengarahkan kita ke suatu bidang kajian yang relatif belum begitu diperdalam dan bisa pula ke suatu topik yang masih membutuhkan pengembangan. Pada suatu ketika, dapat terlihal kontradiksi di dalam kajian-kajian dan tulisan-tulisan yang terkumpul tersebut. Dengan adanya kontradiksi ini, terdapat kebutuhan akan penelitian-penelitian yang lebih dapat mengatasi ketidakpastian. Selain itu, dari bacaan kita tentang suatu pokok persoalan, dapat diketahui perlu-tidaknya pendekatan baru untuk memecahkan masalah lama, meski pernah diteliti dengan baik. Selalu ada permasalahan tertentu beserta fenomenanya yang masih sulit dipahami. Pada keadaan serupa ini, mungkin diperlukan beberapa penelitian yang bisa digunakan untuk mereka ulang pemahaman kita. Demikian juga, dengan membaca literatur, tanpa dinyana-nyana kita akan mendapatkan temuan-termuan yang berseberangan dengan pengalaman kita. Ketidaksesuaian ini dapat mendorong kita agar melaksanakan suatu penelitian. Bagaimanapun, membaca bisa memancing rasa ingin tahu tentang suatu pokok persoalan dengan seketika. Begitu kita bertanya-tanya tanpa menjumpai jawaban, saat itulah permasalahan dapat kita temukan. (Lihat Bab III untuk pembahasan lebih lanjut tentang pemanfaatan literatur).
3. Pengalaman Pribadi dan Profesi
Kedua pengalaman ini sering menjadi sumber penentuan masalah penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang bercerai belum tentu tahu, mengapa orang lain juga mengalaminya. Seseorang bisa pula menjumpai masalah di tempat kerja yang belum terselesaikan. Dari pengalaman profesi ini seringkali diketahui bahwa beberapa pekerjaan kurang efektif efisien, manusiawi, wajar. Sehingga diyakini, situasi itu akan dapat diperbaiki dengan penelitian yang baik. Beberapa profesionalis suka melakukan penelitian lebih lanjut karena erdorong oleh ambisi, ingin melakukan perbaikan. Masalah penelitian yang mereka pilih bertolak dari motivasi ini.
Tampaknya, memilih masalah penelitian melaluí pengalaman lebih sulit daripada melalui literatur. Pandangan ini tidak selamanya benar. Bagaimanapun, pijakan pengalaman dapat meningkatkan peluang keberhasilan yang berharga bagi peneliti. Tentu saja, setiap orang yang ingin memahami lingkungan sekitarnya harus mampu menemukan lingkup permasalahan yang akan diteliti tanpa banyak kesulitan. Oleh sebab itu, langkah selanjutnya dalam tahap ini adalah menyederhanakan masalah penelitian setepat-tepatnya dan rumusan masalah haruslah cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.
D. Penyederhanaan Masalah Penelitian
1. Rumusan Masalah
Cara peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sangatlah penting karena akan menentukan metode penelitian yang di gunakan. Namun terdapat dilema tentang tindakan mana yang didahulukan. Apakah peneliti memilih metode teoretisasi data karena cakupan masalah dan rumusannya menimbulkan kesan bahwa metode ini harus digunakan? Ataukah peneliti memutuskan untuk menggunakan metodologi grounded theory terlebih dahulu, baru kemudian menyusun rumusan masalah yang sesuai dengan metodologi ini? Jawaban atas dilema tersebut tidaklah sederhana. Walaupun pada dasarnya dengan metode kualitatif, banyak orang yang berorientasi kuantitatif. Namun oleh karena orientasi, pelatihan, atau kemantapan pribadi, beberapa peneliti cenderung melihat masalah dari sudut pandang kualitatif. Ada kemungkinan, mereka mengajukan rumusan masalah yang sesuai dengan landasan kualitatif hanya karena tidak sanggup mengamati masalah tersebut dari sudut pandang kuantitatif. Sekalipun begitu, kami tidak merasa perlu untuk membahasnya di sini. Kami hanya ingin menekankan, penelitian kualitatif dapat dihasikan dari berbagai bidang permasalahan yang harus ditangani contoh, jika peneliti ingin mengetahui apakah salah satu obat lebih efektif daripada obat lainnya, maka ujicoba klinislah yang tepat, bukan penelitian teoretisasi data. Akan tetapi, andai kata peneliti ingin mengetahui suka duka partisipan dalam penelitian obat, maka ia dapat melibatkan diri dalam proyek grounded theory atau dalam penelitian kualitatif. Tentu saja, pelatihan dan latar belakang disiplin ilmu memainkan peranan penting dalam keputusan ini, namun jangan sampai membutakan kita terhadap pilihan metodologi lainnya.
Aspek lain yang juga penting adalah ruang lingkup masalah penelitian. Mustahil peneliti dapat mengungkap segala segi permasalahan. Manfaat perumusan masalah penelitian adalah lebih mempersempit masalah hingga memungkinkan untuk dapat diteliti. (Tahap ini merupakan persoalan penting berikutnya yang sering menjadi kendala bagi peneliti pemula).
2. Perumusan Masalah
Lantas, seperti apakah rumusan masalah penelitian grounded theory itu? Apa perbedaannya dengan rumusan pada penelitian kuantitatif? Mengapa berbeda? Perlu diingat, tujuan utama penggunaan metode teoretisasi data adalah menyusun teori. Untuk melakukannya, kita memerlukan rumusan masalah yang memberi kita kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena secara mendalam. Pangkal pendekatan penelitian kualitatif ini adalah asumsi bahwa semua konsep yang berhubungan dengan fenomena vang ada belum dapat diidentifikasi. Hubungan antarkonsep masih belum terpahami atau belum tersusun secara konseptual. Dengan kata lain, rumusan masalah belum pernah diajukan dengan cara yang sama; sehingga tidak perlu ditentukan, mana variabel yang berhubungan dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Oleh karena itu, dibutuhkan pengajuan suatu rumusan yang berupa pertanyaan, yang akan memungkinkan kita untuk menemukan jawaban-jawaban atas suatu pokok persoalan penting yang belum terjawab.
Pertanyaan tersebut pada taraf awalnya adalah yang bersifat luas, namun selanjutnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan selama proses penelitian, ketika relevansi dan hubungan antarkonsepnya telah diketahui. Dengan demikian, pertanyaan awal yang terbuka dan luas itu tidak terlalu terbuka. Tidak semua kemungkinan dapat terwujud. Namun rumusan itu pun tidak usah sebegitu sempit dan terfokusnya sampai-sampai temuannya, yang merupakan tujuan utama penggunaan metode teoretisasi data, justru tidak tergapai. Upaya ini tidak memerlukan pernyataan tentang adanya hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas, sebagaimana lazimnya dalam penelitian kuantitatif, karena kita tidak menguji jenis hipotesis ini. Rumusan masalah penelitian dalam teoretisasi data adalah suatu pernyataan yang mengidentifikasi fenomena yang diteliti. Pada rumusan masalah, bisa kita ketahui apa yang terutama ingin kita soroti dan apa yang ingin kita ketahui mengenai subjeknya. Perumusan masalah grounded theory juga cenderung berorientasi pada proses dan tindakan.
Berikut ini contoh proses perumusan masalah dengan pendekatan teoretisasi data.
Bagaimanakah wanita yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan yang terkomplikasi? Pertanyaan yang masih dalam bentuk yang sangat umum ini, terlalu luas dan tak teratur bila untuk penelitian kuantitatif, namun sudah cukup baik untuk penelitian grounded theory. Dari pertanyaan ini kita ketahui, penelitian ini akan menyelidiki wanita selama kehamilannya, dan bahwa kehamilannya terkomplikasi dengan penyakit yang menahun. Di samping itu, penelitian tersebut akan mengamati tatalaksana kehamilan dari sudut pandang wanita; yakni ana yang mereka lakukan dan pikirkan, bukannya apa yang dipikirkan oleh dokter atau orang lain. Dalam penelitian teoretisasi data, tentu perlu juga diselidiki perlakuan dokter terhadap si wanita. Tindakan dokter dapat mempengaruhi tatalaksana kehamilannya, namun bukan ini persoalan utamanya. Penentuan tentang baguimana dan sejauh mana pengaruh orang lain terhadap perilaku si wanita hanyalah sebagian dari persoalan yang ingin diusut olch pencliti. Penelitian ini berfokus pada si wanita. Dengan berpegang teguh pada fokus ini, peneliti tidak akan menyimpang dari masalah utama penelitian.
Setelah lingkup masalah disempitkan dan difokuskan, penelitian pun bisa menyimpang dari tujuannya atau memusatkan perhatian pada hal lain apabila perumusannya keliru. Sebagai contoh, seandainya peneliti merumuskan:
a. Apa yang terjadi bila si pasien mengeluhkan rasa sakit, namun perawatnya tidak mempercayainya? Berarti, peneliti mengetengahkan pertanyaan interaksional. Fokus observasi, wawancara, dan analisisnya adalah pada interaksi, bukan pada si pasien lagi.
b. Bagaimanakah mekanisme atau kebijakan pihak rumah sakit dalam menangani obat obatan yang bisa menimbulkan kecanduan bagi si pasien? Berarti, peneliti mengajukan pertanyaan organisasional. Dalam hal ini, fokusnya pada jawaban organisasional yang lebih luas tentang masalah obat tersebut. Data yang akan dikumpulkan tidak hanya dengan mewawancarai orang, tetapi juga dengan mengkaji kebijakan tertulis dan mengamati pelaksanaannya. Tidak semua kebijakan organisasi akan dikaji, tetapi hanya yang berkaitan dengan penanganan obat-obatan yang adiktif. Dengan demikian, fokusnya bukan pada si pasien lagi.
c. Apa sajakah perubahan tanggapan si pasien yang telah lama, sekurang-kurangnya dua tahun, menderita sakit dan menerima pengobatan? Berarti, yang dikemukakan adalah pertanyaan biografikal. Jadi, fokusnya bukan lagi pada tanggapan si pasien terhadap perawatan tersebut saat ini semata-mata, melainkan juga terhadap pengalaman si pasien sebelumnya tentang penyakit dan perawatannya.
E. Pertimbangan dalam Pemilihan Masalah Penelitian
Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut:
1. Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
2. Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan permasalahan.
3. Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau permasalahan yang ditemukan.
4. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis.
Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian, namun satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu penelitian, adalah layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti.
Pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu:
1. Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya. Pertimbangan akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk diteliti sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi penelitiannya. Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu kontek tertentu layak pula diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada 4 kriteria tertentu hal ini, keputusannya akan tergantung kapada kecermatan dan ketajaman si peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh,dan menjangkau ke depan. Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan kemungkinankemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditelitinya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian.
2. Arah calon peneliti. Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan calon peneliti baik dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat dan perlengkapan, kajian pustaka atau landasan teoritis yang dimiliki, dan penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah persyaratan di atas dapat dipenuhinya.
Apabila tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan. Pertimbangan-pertimbangan juga harus dilihat dari dua hal, yaitu:
1. Pertimbangan personal
a. Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan harapan-harapan yang lain?
b. Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut?
c. Apakan untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan, kecakapan, dan latar belakang pengetahuan yang memadai?
d. Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut?
e. Apakah aya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian tersebut?
f. Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?
g. Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya menyerahkan laporan?
h. Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi, petunjuk/pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini?
2. Pertimbangan sosial.
a. Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap pengembangan 5 pengetahuan di lapangan?
b. Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang lainnya?
c. Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan penelitian- penelitian yang lain?
d. Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan yang ada sekarang?
e. Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan memiliki nilai yang diragukan?
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Masalah yang dibawa oleh peneliti bisa saja tetap, setelah memasuki penelitian berkembang, ataupun setelah memasuki lapangan berubah total.
Sumber penentuan masalah penelitian diantaranya: saran dari dosen, peneliti senior, lembaga pemberi dana, literatur teknis, serta pengalaman pribadi dan profesi. Penyederhanaan masalah penelitian meliputi rumusan masalah dan perumusan masalah. Selain itu juga terdapat beberapa pertimbangan dalam pemilihan masalah penelitian yang harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anselm Strauss. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sanapiah Faisal. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.